Napak Tilas Isra Mi’raj Melalui Ibadah Shalat

Napak Tilas Isra Mi’raj melalui Ibadah Shalat
(Oleh : Syahdan, S.H.I)
Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Banjarmasin Tengah
Malam 27 rajab ini mengingatkan kita akan suatu peristiwa menakjubkan yang jika di ukur dengan logika manusia terasa tidak mungkin, namun ini nyata adanya dan bukan sebuah dongeng pengantar tidur. Bahkan peristiwa ini bisa menjadi pengukur kadar keimanan kita kepada Allah ﷻ dan Rasul- Nya ﷺ
Peritiwa isra mi’raj juga sebagai bukti kebesaran Allah ﷻ yang telah memperjalankan hamba-Nya, sebagaiaman yang diabadikan di dalam Al-qur’an “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (TQS. Al Isra : 1 )
Sebelum Beliau ﷺ di perjalankan dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa (Isra) beliau disucikan dulu walaupun sebenarnya beliau sudah suci dengan cara Perut Nabi Muhammad ﷺ dibedah oleh Malaikat Jibril untuk menyucikan hatinya. Peristiwa ini disebut juga Syaq As-Sadr, yang berarti operasi bedah dada.
Kita tidak akan berpanjang lebar menceritakan peritiwa isra dan Miraj ini, karena kita semua pasti sudah hapal tentang peritiwa ini, karena selalu di ulang ulang setiap tahun diceritakan oleh guru guru kita maupun para penceramah di majelis majelis peringatan Isra Mi’raj
Mari kita sejenak mengambil pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa agung itu sembari menapak tilasi perjalanan Isra Mi’raj tersebut dan mengaitkan dengan ibadah shalat yang memang menjadi ibadah yang perintahnya di peroleh Nabiﷺ ketika menghadap Allah ﷻmelalui perisitiwa mi’raj dari Masjdil Aqsa Naik ke Sidratul Muntaha
Di awal tadi dijelaskan bagaimana beliau ﷺ disucikan dulu, maka ketika mau mengerjakan shalat kita pun diperintahan untuk bersuci, menyucikan diri lahir dengan berwudhu dan batin kita dengan niat semata mata karena Allah ﷻbukan karena yang lain.
Setelah itu kita “Isra” melakukan perjalanan menuju Masjid maupun Mushola. Perjalanan kita tersbut tentu saja selain dari usaha kita sendiri namun tentu saja karena diperjalankan, karena kalau ukurannya kaki yang kuat, buktinya banyak orang yang kuat berjalan tapi malas menuju masjid dan mushola sebaliknya ada yang kesulitan berjalan bahkan dengan bantuan tongkat tapi mereka malah mampu melangkahkan kaki ke sana. Punya kendaraan tapi dipakai menuju tempat yang lain, padahal bisa jadi “buraq” kita adalah kendaraan yang kita miliki.
Makanya kalau kita ingin merasakan nikmatnya “Isra” dan “Mi’raj” maka laksanakan shalat dengan cara berjamaah terutama bagi laki laki. Rasulullah ﷺ saja dalam kehidupannya senantiasa berjamaah, bahkan ketika sakit tetap berjama’ah, dalam peritiwa Isra Mi’raj shalat berjamaah bersama para Nabi Nabi yang lain
Makanya sangat benar jika shalat adalah mi’raj nya orang mukmin. Jika Rasulullah ﷺ mi’raj menghadap Allah ﷻ secara langsung, maka kita menghadap-Nya melalui shalat shalat yang kita dirikan bahkan dalam setiap sujud sujud yang kita lakukan, sebagaimana tersebut dalam hadits “Keadaan paling dekat seorang hamba dari Rabb-nya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).” (Muslim).
Ibadah shalat juga merupakan ibadah yang di dalamnya terangkum semua rukun Islam, seperti Syahadatain, Shalat itu sendiri, Puasa, bayar zakat dan Naik Haji
Dalam shalat berulang kali kita melafazkan syahadatain ketika Tahiyat baik awal maupun akhir. Dalam shalat kita juga berpuasa, bahkan jika makan dan minum maka batal Shalat kita, dalam shalat kita juga bisa bersedekah seperti ganjaran ketika kita Shalat Dhuha sebagaimana tesebut dalam hadits “Hendaklah masing-masing darimu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya, maka tiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, tiap kali bacaan tahmid adalah sedekah, tiap kali bacaan tahlil adalah sedekah, tiap kali bacaan takbir adalah sedekah, dan menyuruh kepada yang makruf adalah sedekah, dan mencegah yang mungkar adalah sedekah, dan sebagai ganti itu semua itu cukup lah melakukan dua rakaat sholat dhuha.” (Hadist riwayat Ahmad, Muslim, dan Abu Daud, dari Abu Dzar Al Ghiffari
Dan terakhir shalat berkiblat ke Kabah yang menjadi tujuan Jama’ah Haji serta ada ganjaran dari shalat yang kita lakukan sebanding dengan melaksanakan haji dan umrah sebagaimana hadits berikut ini “Siapa yang berjalan menuju sholat wajib berjamaah, maka ia seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju sholat sunnah, maka ia seperti melakukan umroh yang sunnah.” (HR Thabrani)
Jadi mari kita perbaiki shalat kita di momentum peringatan Isra Mi’raj ini dan bagi kita yang laki laki mengupayakan sekuat tenaga untu bisa shalat berjamah keculai ada uzur syar’i yang menyebabkan kita tidak bisa. Walalhu’alam