Dewasa dalam Beragama: Memahami Inti Ajaran dan Mengamalkannya dengan Welas Asih

Muhlidi Sulaiman, S.Ag, MA
(Sekretaris Umum MUI Kota Banjarmasin)
Beragama secara dewasa berarti memahami inti ajaran agama yang dianut, bukan sekadar berpegang pada simbol atau tampilan luar. Penampilan luar dalam beragama memang memiliki peran, tetapi bukanlah esensi utama. Hal yang lebih penting adalah pemahaman mendalam terhadap ajaran agama dan bagaimana hal itu tercermin dalam sikap serta perilaku sehari-hari.
Islam menekankan bahwa inti dari keberagamaan adalah kesadaran akan hubungan dengan Allah serta bagaimana hubungan tersebut tercermin dalam interaksi dengan sesama manusia dan makhluk lainnya. Al-Qur’an menegaskan:
لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْاۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, serta orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Ayat ini menunjukkan bahwa beragama bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang iman yang diwujudkan dalam amal nyata dan kepedulian terhadap sesama. Sikap welas asih atau kasih sayang terhadap semua makhluk adalah refleksi dari kedewasaan beragama.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang. Sayangilah yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangi kalian.” (HR. Tirmidzi, no. 1924)
Spiritualitas yang menyadarkan, membahagiakan, mendamaikan, dan membebaskan adalah tujuan akhir dari praktik keberagamaan. Agama yang dipahami dengan benar tidak akan membelenggu, melainkan memberikan kebebasan sejati dalam beribadah, berkarya, dan berbuat baik kepada sesama. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin menekankan bahwa kehadiran agama seharusnya membawa rahmat bagi semua makhluk.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Dengan demikian, kedewasaan dalam beragama tidak hanya dilihat dari seberapa baik seseorang menjalankan ritual keagamaan, tetapi juga seberapa besar ia memahami nilai-nilai agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang Muslim yang dewasa dalam beragama akan selalu menampilkan akhlak yang baik, menebarkan kasih sayang, dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama.
Semoga kita semua diberikan pemahaman yang benar tentang agama dan mampu mengamalkannya dengan hati yang penuh kasih serta kedamaian.